Jumat, 16 Maret 2012

GLOBAL WARMING_ISSUE

ISSUE GLOBAL WARMING APAKAH BENAR ATAU TIDAK?????

Bumi semakin panas, mereka menyebutnya Pemanasan Global dan mulai menyalahkan manusia sebagai penyebab dari rusaknya tatanan iklim dunia. Jauh dibalik itu semua, semua konspirasi tingkat tinggi sedang berlangsung, Amerika tidak menandatangani protokol Tokyo, negara-negara lain langsung bangkit untuk mengecam. Inilah Fakta Sebenanarnya Dibalik Isu Pemanasan Global.
Seorang ilmuwan yang selama ini pro isu pemanasan global versi Al Gore mengaku jika sebenarnya tidak ada bukti kompleks yang bisa menjelaskan bahwa pemanasan global memang benar-benar terjadi. Ironisnya jika biasanya para ilmuwan sekaliber dunia tiba-tiba berubah haluan selalu mendapatkan perhatian publik, maka hal ini tidak berlaku dengan Prof. Mojib Latif yang berasal dari Jerman.
Prof. Latif adalah seorang ilmuwan dari Leibniz Institute of Marine Sciences di Jerman. Ia adalah seorang pendukung utama teori yang mengatakan bahwa emisi rumah kaca yang dihasilkan manusia telah menyebabkan peningkatan suhu global di bumi. Ia turut serta dalam menciptakan model iklim yang menjadi patokan bagi banyak peneliti di dunia. Ia juga pernah menerima beberapa penghargaan dalam studi mengenai iklim dan ia adalah seorang penelitiutama di IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), sebuah badan milik PBB yang pada tahun 2007 menerima nobel perdamaian bersama Al Gore.

Jadi, kita sedang berbicara dengan seorang pakar dan pemimpin utama dalam gerakan global warming-nya Al Gore.
Nah, kejutannya datang tanpa disangka. Pada konferensi itu yang sering membahas apa yang disebut “Scientific Consensus” mengenai Pemanasan Global yang diakibatkan perbuatan manusia, Latif mengakui bahwa Bumi ini ternyata tidak mengalami pemanasan selama hampir satu dekade. Menurutnya, sepertinya kita akan memasuki masa
“Satu atau dua dekade dimana suhu bumi akan mendingin”.
Teori pemanasan global Al Gore menyebutkan bahwa samudera Atlantik dan Pasifik akanmenyerap suhu panas yang terkurung di bumi yang diakibatkan oleh peningkatan jumlahkarbondioksida yang dihasilkan oleh manusia. Penyerapan ini akan menyebabkan atmosfer dan daratan menjadi panas.
Namun, Prof Latif menyatakan dengan jelas bahwa Atlantik utara malah menjadi dingin. Dan mungkin akan terus mendingin hingga 20 tahun yang akan datang. Ini jelas bertentangan dengan pandangannya sebelumnya yang menyatakan bahwa bumi akan memasuki suhu mematikan pada tahun 2100.
Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
Suhu bumi kita sebenarnya hanya berubah sekitar 1 derajat fahrenheit dalam satu abad terakhir jika matahari tetap stabil dengan suhunya. Salah satu juri dari American Association for The Advancement of Science Awards, Steven Milloy, mengatakan bahwa pemanasan global adalah “ibu dari segala ilmu pengetahuan sampah. Dia pun berhasil membuktikan bagaimana pemanasan global telah terjadi tanpa adanya campur tangan manusia. Dia juga menambahkan bahwa Protokol Tokyo adalah lelucon.
Di Rusia dilakukan suatu penelitian dan didapatkan hasil bahwa sebenarnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berada pada level sekitar 370 PPM (Parts per Million), dan jika Protokol Tokyo diikuti dengan benar, maka hanya akan merubah sekitar 1 sampai 2 PPM saja di tahun 2012. bukankah ini menandakan Protokol Tokyo itu sia-sia?
Yang menyebabkan bumi kita saat ini semakin panas adalah apa yang disebut oleh para ilmuwan sebagai ‘badai matahari’. Matahari telah memasuki siklus kembali memanasnya’ yang telah diklaim para ilmuwan sebagai faktor yang telah menyebabkan bumi telah beberapa kali memasuki zaman es. Anda juga pasti akan terkejut dengan fakta yang mengatakan bahwa bukan hanya bumi kita yang sedang mengalami pemanasan, tetapi sama halnya dengan yang terjadi di bumi, bongkahan-bongkahan es di kutub planet Mars juga mulai mencair. Dengan kata lain, manusia bukanlah aktor utama dibalik pemanasan global. Jika ada yang ingin anda persalahkan mengenai isu pemanasan global, persalahkanlah matahari yang semakin memanas sehingga menyebabkan Galactic Warming (pemanasan galaksi) bukan Global Warming (pemanasandunia).
Sekilas Tentang Protokol Tokyo
Segera setelah Konvensi Kerangka Kerjasama Persatuan Bangsa-bangsa mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC-United Nations Framework Convention on Climate Change ) disetujui pada KTT Bumi (Earth Summit) tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil, negara-negara peserta konvens imulai melakukan negosiasi-negosiasi untuk membentuk suatu aturan yang lebih detil dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (selanjutnya disebut GRK).
Pada saat pertemuan otoritas tertinggi tahunan dalam UNFCCC ke-3 (Conference of Parties 3 -COP) diadakan di Kyoto, Jepang, sebuah perangkat peraturan yang bernama Protokol Kyoto diadopsi sebagai pendekatan untuk mengurangi emisi GRK. Kepentingan protokol tersebut adalah mengatur pengurangan emisi GRK dari semua negara-negara yang meratifikasi. Protokol Kyoto ditetapkan tanggal 12 Desember 1997, kurang lebih 3 tahun setelah Konvensi Perubahan Iklim mulai menegosiasikan bagaimana negara-negara peratifikasi konvensi harus mulai menurunkan emisi GRK mereka.
Sepanjang COP 1 dan COP 2 hampir tidak ada kesepakatan yang berarti dalam upaya penurunan emisi GRK. COP 3 dapat dipastikan adalah ajang perjuangan negosiasi antara negara-negara ANNEX I (negara-negara berkembang) yang lebih dulu mengemisikan GRK sejak revolusi industri dengan negara-negara berkembang yang rentan terhadap perubahan iklim. Negara-negara maju memiliki kepentingan bahwa pembangunan di negara mereka tidak dapat lepas dari konsumsi energi dari sektor kelistrikan, transportasi, dan industri. Untuk mengakomodasikan kepentingan antara kedua pihak tersebut Protokol Kyoto adalah satu-satunya kesepakatan internasional untuk berkomitmen dalam mengurangi emisi GRK yang mengatur soal pengurangan emisi tersebut dengan lebih tegas dan terikat secara hukum (legally binding).
Dalam Protokol Kyoto disepakati bahwa seluruh negara ANNEX I wajib menurunkan emisi GRK mereka rata-rata sebesar 5.2% dari tingkat emisi tersebut di tahun 1990. Tahun 1990 ditetapkan dalam Protokol Kyoto sebagai acuan dasar (baseline) untuk menghitung tingkat emisi GRK. Bagi negara NON ANNEX I Protokol Kyoto tidak mewajibkan penurunan emisi GRK,tetapi mekanisme partisipasi untuk penurunan emisi tersebut terdapat di dalamnya, prinsip tersebut dikenal dengan istilah “tanggung jawab bersama dengan porsi yang berbeda” (common but differentiated responsbility). Protokol Kyoto mengatur semua ketentuan tersebut selama periode komitmen pertama yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2012.
Beberapa mekanisme dalam Protokol Kyoto yang mengatur masalah pengurangan emisi GRK ,seperti dijelaskan di bawah ini:

1. Joint Implementation (JI), mekanisme yang memungkinkan negara-negara maju untuk membangun proyek bersama yang dapat menghasilkan kredit penurunan atau penyerapan emisi GRK.
2. Emission Trading (ET), mekanisme yang memungkinkan sebuah negara maju untuk menjual kredit penurunan emisi GRK kepada negara maju lainnya. ET dapat dimungkinkan ketika negara maju yang menjual kredit penurunan emisi GRK memiliki kredit penurunan emisiGRK melebihi target negaranya.
3. Clean Development Mechanism (CDM), mekanisme yang memungkinkan negara non-ANNEX I (negara-negara berkembang) untuk berperan aktif membantu penurunan emisi GRK melalui proyek yang diimplementasikan oleh sebuah negara maju. Nantinya kredit penurunanemisi GRK yang dihasilkan dari proyek tersebut dapat dimiliki oleh negara maju tersebut. CDM juga bertujuan agar negara berkembang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan, selain ituCDM adalah satu-satunya mekanisme di mana negara berkembang dapat berpartisipasi dalamProtokol Kyoto.
Bagi negara-negara ANNEX I mekanisme-mekanisme di atas adalah perwujudan dari prinsipmekanisme fleksibel (flexibility mechanism). Mekanisme fleksibel memungkinkan negara-negara ANNEX I mencapai target penurunan emisi mereka dengan 3 mekanisme tersebut di atas.Ada dua syarat utama agar Protokol Kyoto berkekuatan hukum, yang pertama adalah sekurang-kurangnya protokol harus diratifikasi oleh 55 negara peratifikasi Konvensi Perubahan Iklim, dan yang kedua adalah jumlah emisi total dari negara-negara ANNEX I peratifikasi protokol minimal55% dari total emisi mereka di tahun 1990.
Pada tanggal 23 Mei 2002, Islandia menandatangani protokol tersebut yang berarti syarat pertama telah dipenuhi. Kemudian pada tanggal 18 November 2004 Rusia akhirnya meratifikasi Protokol Kyoto dan menandai jumlah emisi totaldari negara ANNEX I sebesar 61.79%, ini berarti semua syarat telah dipenuhi dan Protokol Kyoto akhirnya berkekuatan hukum 90 hari setelah ratifikasi Rusia, yaitu pada tanggal 16Februari 2005.
Dibalik semua itu satu hal yang membuat dunia gelisah yaitu, Amerika Serikat, Jepang dan Kanada dan beberapa negara Eropa lainnya menolak untuk menandatangani protokol tersebut! Hal ini langsung membuat munculnya berbagai kecaman dari berbagai pihak yang menuduh Amerika Serikat terlalu egois dengan industrinya bahkan dari masyarakat Amerika itu sendiri (silahkan ingat-ingat kembali sudah berapa kali aksi bugil yang menyuarakan penyelamatan lingkungan yang dimuat di surat kabar). Hal inilah yang kemudian membuat saya penasaran .Suatu negara besar seperti Amerika tidak akan main-main dengan kesepakatan antar negara apalagi jika mencakup kepentingan banyak negara bahkan kelangsungan bumi.Google pun menjawab, ternyata para ilmuwan kelas atas Amerika mempunyai hasil penelitian sendiri yang menentang habis-habisan interpretasi ilmuwan amatiran lainnya. Suatu Konspirasi tingkat dunia sedang terjadi, dan percaya atau tidak, KITA SEDANG DIBODOHI !
Silahkan main-main dengan Google mengenai isu ‘global warming not true’, maka anda akan menemukan banyak sekali dukungan dari para ilmuwan-ilmuwan hebat dunia. Ilmuwan rendahan biasanya hanya akan mengambil sampel dalam satu sampai empat dekade terakhir, ilmuwan HEBAT adalah ilmuwan yang tidak pernah takut bosan, mereka mengambil sampel iklim selalu sejak ribuan bahkan jutaan tahun lalu, kemudian bukan hanya buminya yang diteliti, tetapi bagaimana interaksi planet lain terhadap bumi dan sebagainya, dan mereka selalu sampai pada kesimpulan bahwa GLOBAL WARMING ADALAH IBU DARI ILMU PENGETAHUAN AKAN SAMPAH !!

TETAPA GO GREEN KARENA BUMI TETAP HARUS DIJAGA UNTUK ANAK CUCU KITA NANTI!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar