PELUANG TEKNIK INDUSTRI
Peran Strategis Teknik Industri

Banyak
orang yang salah menginterpretasikan pengertian tentang Teknik
Industri. Istilah “industri” dalam berbagai kasus sering dilihat dalam
kaca-mata sempit sebagai “pabrik” yang banyak bergelut dengan aktivitas
manufakturing. Meskipun secara historis perkembangan profesi Teknik
Industri berangkat dari disiplin Teknik Mesin (produksi) dan terutama
sekali sangat erat kaitannya dengan proses manufakturing produk dalam
sebuah proses transformasi fisik; disiplin Teknik Industri telah
berkembang luas dalam beberapa dekade terakhir ini (Kimbler, 1995).
Sesuai dengan “nature”-nya, industri bisa diklasifikasikan secara luas
yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik
(manufaktur) sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri
juga bisa kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala
kecil-menengah-besar. Demikian juga problematika yang dihadapi oleh
industri --- yang kemudian menjadi fokus kajian disiplin Teknik Industri
--- bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan terus
melebar luas mengarah ke problematika manajemen produksi (perencanaan,
pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem produksi) yang
harus memperhatikan sistem lingkungan (aspek
politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam) dalam setiap langkah
pengambilan keputusan berdimensi strategik. Disiplin Teknik Industri
melihat setiap persoalan dengan metode pendekatan sistem dimana segala
keputusan yang diambil juga selalu didasarkan pada aspek teknis
(engineering area) dan aspek non-teknis. Wawasan “Tekno-Sosio-Ekonomi”
akan mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan Teknik Industri dan
merupakan karakteristik yang khas yang menggambarkan ciri keunggulan
serta membedakan disiplin ini dengan disiplin-disiplin keteknikan yang
lainnya.
Sebegitu luas ruang lingkup yang bisa yang bisa digapai oleh
profesi Teknik Industri seringkali membuat kesulitan tersendiri didalam
memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai apa yang sebenarnya
bisa dikerjakan oleh profesi ini. Untuk menghilangkan keragu-raguan dan
menyamakan persepsi maupun peran yang bisa dikerjakan oleh profesi
Teknik Industri ini, maka IIE (Institute of Industrial Engineers) telah
mendefinisikannya sebagai berikut :“Industrial
engineering is concerned with the design, improvement and installation
of integrated system of people, information, equipment and energy. It
draws upon specialized knowledge and skills in the mathematical,
physical and social sciences together with the principles and methods of
analysis and design to specify, predict And evaluate the results to be
obtained from such system”
Berdasarkan
definisi yang telah diformulasikan oleh IIE tersebut diatas, dapat
dibuat sebuah kesimpulan bahwa misi dan peran disiplin Teknik Industri
pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik yang selanjutnya
bisa dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ini; yaitu
pertama, berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut
dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan
menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses
transformasi --- seringkali juga disebut sebagai proses nilai tambah ---
dan aliran material yang berlangsung dalam sistem produksi yang terus
berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari
produk akhir (output) menuju ke konsumen. Topik kedua berkaitan dengan
dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam hal ini
menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang
berkaitan dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas,
dan berbagai macam problem manajemen produksi/operasional akan merupakan
kajian pokoknya. Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin
Teknik Industri ini untuk bergerak kearah persoalan-persoalan yang
bersifat makro-strategis. Persoalan yang dihadapi sudah tidak lagi
bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang timbul di lini aktivitas
produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus melebar ke
persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang
berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini
cenderung membawa disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan-
persoalan teknis (deterministik-fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di
lini produksi (topik pertama) dan lebih banyak bergelut dengan
persoalan non-teknis (stokastik-abstraktif-kualitatif). Berhadapan
dengan problematika yang kompleks, multi-variable dan/atau
multi-dimensi; maka disiplin Teknik Industri akan memerlukan dasar kuat
(dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun social-ekonomi) untuk
bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan persoalan-persoalan
yang harus dicarikan solusinya.
Begitu
luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan
Teknik Industri jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi
profesional Teknik Industri pada saat mereka harus menjelaskan secara
tepat “what should we do and where should we work” ? Pertanyaan ini
jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh mereka yang masih
awam dengan keilmuan Teknik Industri. Kenyataan yang sering dihadapi
adalah bahwa seorang profesional Teknik Industri sering dijumpai berada
dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke
lini manajerial. Seorang professional Teknik Industri seringkali
membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses
perancangan produk, perancangan tata-cara kerja sampai dengan
mengembangkan konsep-konsep strategis untuk mengembangkan kinerja
industri. Seorang professional Teknik Industri akan bisa menunjukkan
cara bekerja yang lebih baik, lebih cerdik, lebih produktif, dan lebih
berkualitas. Seorang professional Teknik Industri bisa diharapkan
sebagai “problem solver” untuk membuat sistem produksi bisa dioperasikan
dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien
(ENASE). Untuk itu eliminasi berbagai hal yang bersifat kontra-produktif
seperti pemborosan waktu, uang, material, enersi dan komoditas lainnya
merupakan fokus utama yang harus dikerjakan.
Untuk
mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks,
maka disiplin Teknik Industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun
penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk
meningkatkan produktivitas, kualitas, dan disisi lain harus diikuti pula
dengan keinginan untuk menekan biaya produksi (costs reduction program)
serta waktu penyampaian barang (time delivery) secara tepat waktu
merupakan langkah-langkah strategis yang harus dipikirkan oleh profesi
Teknik Industri agar bisa meningkatkan daya saing perusahaan. Selain itu
ruang lingkup pasar tidak lagi harus bersaing di tingkat lokal
(nasional) melainkan mengarah ke tingkat persaingan pasar global.
Perubahan tantangan yang dihadapi oleh dunia industri jelas sekali juga
akan membawa perubahan pada fungsi dan peran yang harus bisa dimainkan
oleh disiplin Teknik Industri (Istiyanto, 1987). Kalau pada awalnya
profesi Teknik Industri secara tradisional mengurusi persoalan-persoalan
di tingkat pengendalian operasional (manajemen produksi) seperti
perancangan-perancangan tata-letak mesin, tata-cara kerja, sistem
manusia-mesin (ergonomi) dan penetapan standard-standard kerja; maka
dalam beberapa dekade terakhir ini profesi Teknik Industri lebih banyak
dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat manajemen
puncak. Persoalan yang dihadapi oleh profesi Teknik Industri tidak lagi
dibatasi dalam skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke skala besar
(makro). Sebagai contoh kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih
difokuskan ke skala stasiun kerja sekedar mendapatkan standard-standard
(waktu, output ataupun upah) kerja untuk merealisasikan konsep “the fair
day’s pay for the fair day’s work”; maka peran profesi Teknik Industri
modern belakangan ini banyak diperlukan untuk melakukan pengukuran
produktivitas dan kinerja makro organisasi-perusahaan guna menilai sehat
tidak-nya kondisi industri tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar